military, intelligence, security & foreign policy
military, intelligence, security & foreign policy

Teknologi Sederhana Dalam Perang : Studi Kasus Babak Awal Perang Mesir-Israel 1973

# Dear pembaca, tulisan ini dimodifikasi dari tugas sebuah mata kuliah di Manajemen Pertahanan ITB yang saya kerjakan Mid Februari 2009 lalu.#

Dian Firmansyah (24008044)

Mahasiswa Magister Manajemen Pertahanan ITB

Latar Belakang

Perang Enam Hari yang terjadi pada tahun 1967 telah mengubah peta wilayah teritorial Israel dan negara-negara tetangganya secara drastis. Berkat perencanaan operasi militer yang cermat selama 16 tahun[i], Israel berhasil mengalahkan militer Mesir, Suriah dan Yordania sekaligus memperluas wilayah negaranya hingga tiga kali lipat. Israel berhasil merebut seluruh Semenanjung Sinai dari Mesir dan membangun garis pertahanan di sisi timur Terusan Suez.

israel-post-1967

Gambar 1 Wilayah Israel pasca Perang Enam Hari 1967 (Sumber : http://www.ismi.emory.edu)

Mesir di bawah Presiden Sadat telah berusaha untuk dapat merebut kembali Semenanjung Sinai dengan kekuatan militer. Untuk dapat melakukannya, militer Mesir harus dapat menyeberangkan personil dan kendaraan lapis baja menyeberangi Terusan Suez dengan cepat sebelum militer Israel dapat memberikan respon yang berarti. Tugas ini tidaklah ringan karena terdapat hambatan utama : garis pertahanan Bar-Lev.

Garis Bar-Lev

Garis Bar-Lev adalah garis pertahanan yang dibangun oleh Israel di sisi Timur Terusan Suez. Garis pertahanan yang dibangun ini merupakan ide dari Jenderal Haim Bar-Lev, Kepala Staf Israel Defence Forces (IDF) saat itu, untuk menahan laju serangan pasukan Mesir ke arah gurun Sinai.

Garis ini terdiri atas dinding bukit pasir di sepanjang terusan Suez dan serangkaian pos benteng yang konstruksinya diperkuat dengan beton. Dinding bukit pasir tersebut memiliki tinggi 20 hingga 22 meter dengan sudut inklinasi sebesar 45 derajat. Dibelakang dinding bukit pasir ini terdapat serangkaian pos jaga yang terletak dengan interval setiap 4 kilometer yang dilengkapi dengan artileri, senapan mesin dan tank, dan setiap posnya dijaga oleh 15 orang personil. Pos jaga dibuat dari beton yang diperkuat dan dibangun hingga beberapa tingkat di bawah tanah dan dirancang untuk dapat menahan serangan udara dengan bom sebesar 500 kg dari pesawat-pesawat Mesir.

Sebagai pengamanan tambahan, pihak Israel membangun jaringan pipa di bawah permukaan air Terusan Suez yang siap mengalirkan minyak dan membakarnya dengan api untuk mencegah penyeberangan yang dilakukan oleh pasukan Mesir. Garis Bar-Lev dibangun dengan sangat kuat dan lengkap sehingga pembangunan garis pertahanan tersebut memakan biaya sebesar 500 juta dollar AS. [ii]

Demikian kuatnya Israel membangun garis pertahanan Bar-Lev sehingga Moshe Dayan, menteri pertahanan Israel saat itu berkata bahwa dibutuhkan pasukan AS dan Soviet bekerja sama sekaligus untuk dapat menembus garis Bar-Lev.


Strategi Mesir

Untuk dapat menguasai Sinai, militer Mesir harus dapat menyeberangi Terusan Suez dan menembus garis pertahanan Bar-Lev. Artiya, mereka harus dapat menetralisir pipa penyalur minyak pembakar di bawah permukaan terusan Suez, menembus dinding bukit pasir di sepanjang garis Bar-Lev dan memindahkan pasukan infanteri dan kavalerinya dalam waktu yang relatif cepat.

Dinding pasir pada garis Bar-Lev yang tinggi (22m) dan dengan inklinasi yang besar itu (45 derajat) diestimasi terdiri atas 1,5 miliar meter kubik pasir, dan tidak dapat langsung didaki oleh kendaraan lapis baja maupun dihancurkan dengan artileri. Penggunaan bahan peledak pun tidak berhasil meratakan bukit-bukit pasir tersebut. Penggunaan perangkat penggalian konvensional akan membutuhkan waktu berhari-hari untuk dapat menggali sebuah celah dan untuk itu dibutuhkan kondisi operasi yang ideal tanpa adanya serangan dari militer Israel.[iii] Bahkan penasihat militer Soviet yang ditugaskan untuk membantu Mesir mengatakan bahwa dibutuhkan bom atom untuk dapat meratakan dinding pasir pada garis Bar Lev.[iv] Dihadapkan pada jalan buntu, militer Mesir harus mencari cara inkonvensional untuk dapat menembus garis BarLev.

Sementara itu, beberapa insinyur militer Mesir yang terlibat dalam pembangunan bendungan Aswan memiliki ide baru. Dalam megaproyek tersebut, mereka menggunakan semprotan air (water cannon) untuk meratakan bukit-bukit pasir di Aswan. Militer Mesir segera meminjam beberapa buah pompa air bertekanan tinggi asal Inggris dan Jerman dari Dinas Pemadam Kebakaran Kairo dan melakukan ujicoba sejak September 1969. Hasilnya, dalam waktu satu jam teknik ini dapat memindahkan 500 meter kubik pasir. Setelah melakukan berbagai ujicoba, militer Mesir berkesimpulan bahwa sebuah celah yang cukup besar untuk dilalui kendaraan lapis baja dapat dibuat dalam waktu tiga hingga empat jam. Militer Mesir segera memesan ratusan pompa air bertekanan tinggi tenaga diesel dari Inggris dan Jerman beserta ribuan roda dari Piaggio yang akan digunakan pada gerobak tarik.

Hari H

Tanggal 6 Oktober 1973, pukul 14.30 waktu setempat, serangan Mesir dimulai. Pesawat-pesawat udara Mesir meluncur untuk menghancurkan pusat komando IDF di Sinai. Sementara itu, puluhan perahu kayu berukuran 1,5 ton mendekati sisi timur Terusan Suez yang dikuasai Israel. Di geladak perahu-perahu Mesir tersebut terdapat sejumlah pompa air bertekanan tinggi bertenaga diesel yang masing-masing beratnya 205 kg. Pasukan Zeni Mesir mengoperasikan pompa-pompa tersebut untuk mengisap air dari Terusan Suez dan menembakkannya dengan selang ke arah bukit-bukit pasir di beberapa tempat di sepanjang Garis Bar-Lev.

Sementara itu, artileri Mesir memberikan perlindungan dengan memberikan serangan tanpa henti ke arah bunker-bunker Israel, menghujani garis Bar-Lev dengan 10.500 tembakan pada menit pertama dan terus menerus selama 53 menit non stop. Usaha Israel untuk melepaskan minyak pembakar ke Terusan Suez dan membakarnya gagal dilakukan karena pada malam sebelumnya, diam-diam pasukan katak Mesir berhasil menetralisir pipa pembuangan minyak bakar Israel dengan cara menyumbatnya dengan adonan beton.[v]

d-day

Gambar 2  Serangan Mesir pada Garis Bar-Lev (Sumber : The Yom Kippur War 1973 : The Sinai, Simon Dunstan, Osprey Publishing, 2007)

Pada saat yang bersamaan 1600 buah perahu karet mengangkut 8000 orang pasukan infanteri gelombang pertama juga mendarat di sisi timur Terusan Suez dan segera berlari mendaki bukit pasir yang menghalangi mereka dengan bunker-bunker Israel. Di barisan belakang tampak ratusan gerobak-gerobak beroda empat yang berisikan total 306 ton rudal anti tank Strela, dan rudal anti pesawat udara untuk menghancurkan tank-tank yang menjaga bunker-bunker Israel. Mengingat bukit pasir dengan sudut inklinasi yang cukup besar (45 derajat) tidak memungkinkan gerobak tersebut ditarik oleh mobil atau truk, maka gerobak-gerobak tersebut ditarik oleh pasukan infanteri Mesir. Kerja keras pasukan Mesir mendorong gerobak-gerobak tersebut tidak sia-sia. Dalam waktu 24 jam berikutnya, rudal-rudal dalam gerobak tersebut berhasil menghancurkan lebih dari 200 tank Israel.[vi]

Setelah kurang lebih tiga jam dihantam oleh air bertekanan tinggi, bukit-bukit pasir di garis Bar-Lev mulai mengalami longsor dan menjadi lebih rata. Pasukan Zeni Mesir segera mendaratkan bulldozer mereka untuk meratakan pasir yang tersisa dan memasang steel pad agar celah tersebut bisa dilalui kendaraan lapis baja kavaleri Mesir. Dalam waktu sepuluh jam, 60 celah telah terbentuk di sepanjang garis Bar-Lev, diikuti dengan pembuatan sepuluh jembatan untuk menyeberangkan truk, kendaraan lapis baja pengangkut pasukan dan tank. Pasukan Zeni Mesir juga membuat tempat pendaratan bagi tiga puluh lima ferry yang akan mengangkut pasukan infanteri. Pada saat matahari terbit keesokan harinya, 50 ribu pasukan Mesir telah mendarat di sisi timur Terusan Suez, disertai kendaraan pengangkut pasukan dan 400 tank Mesir.

crossing1

Gambar 3  Celah yang dibuat pasukan Mesir

crossing2

crossing3

Gambar 4  Jembatan penyeberangan pasukan Mesir

Penggunaan teknologi sederhana

Dalam hari pertama perang 1973 ini, terlihat bahwa Mesir menggunakan teknologi sederhana untuk mengatasi hambatan-hambatan yang tidak dapat diatasi dengan teknologi modern karena faktor alam maupun tuntutan kerahasiaan operasi.

Penggunaan adonan beton oleh pasukan katak Mesir untuk menyumbat pipa penyalur minyak pembakar Israel, misalnya, merupakan solusi yang ideal dibandingkan opsi untuk meledakkannya yang berpotensi membocorkan rencana serangan keesokan harinya.

Penghancuran bukit-bukit pasir menggunakan semburan air dari pompa air juga merupakan cara inovatif yang sebenarnya sangat sederhana dan efektif, dibandingkan dengan menggunakan bom atom sebagaimana diutarakan oleh penasihat militer Soviet.

Penggunaan tenaga manusia untuk menarik gerobak-gerobak berisi amunisi dan rudal juga merupakan solusi kreatif untuk mengatasi ketidakmampuan kendaraan untuk melakukan tugas tersebut akibat kendala alam (lapisan pasir dan inklinasi).

Penutup

Teknologi merupakan force multiplier bagi sebuah angkatan bersenjata. Namun dalam beberapa kasus, penggunaan teknologi yang canggih mungkin tidak cocok untuk digunakan karena berbagai kendala. Dalam menghadapi situasi itu, diperlukan solusi-solusi yang inovatif dimana seringkali teknologi dan cara yang lebih inferior dan primitif justru dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada.

End Notes


[i] Penuturan Jenderal Mordechai Hod, Komandan Israeli Air Force selama perang Enam Hari 1967 : `Sixteen years of planning had gone into those initial eighty minutes. We lived with the plan, we slept on the plan, we ate the plan. Constantly we perfected it.” Stephen Landman, Fourty Years of Occupation, ZMagazine.http://www.zmag.org/znet/viewArticle/15348

[ii] http://en.wikipedia.org/wiki/Bar-Lev_Line

[iii] The Yom Kippur War, Simon Dunstan, Osprey Publishing, 2003.

[iv] Dambusters on the Bar Lev Line, Al Ahram Weekly, No 917, 9-15 Oktober 2008, Kairo, 2008. http://weekly.ahram.org.eg/2008/917/fo6.htm

[v] The 1973 Arab-Israeli war: The albatross of decisive victory, Dr. George W. Gawrych, Leavenworth paper No 21, Combat Studies Institute, US Army Command and General Staff College, 1996.

[vi] Major Effect, Facts and Precedents, Al Ahram Weekly, No 917, 9-15 Oktober 2008, Kairo, 2008. http://weekly.ahram.org.eg/2008/917/fo3.htm

15 Responses to “Teknologi Sederhana Dalam Perang : Studi Kasus Babak Awal Perang Mesir-Israel 1973”

  1. Strategi brilian Mesir yang bikin Golda Meir langsung resign jadi PM Israel karena dia sempet sombong Mesir gak akan mampu menyerang Israel. Dan pas perang ini pula, Israel matian2 bertahan dan hilang banyak alutsista karena Mesir bisa mengantisipasi strategi lama Israel. Kalo gak ada bantuan langsung dari US, sudah jadi perkedel.

    • Betul, perang 1973 merupakan perang dimana untuk pertama kalinya militer Israel “caught by surprise”. Banyak anggota militer Israel yang menderita stress hingga lupa namanya sendiri. Dalam kondisi terdesak, Israel menggunakan “nuclear blackmail”. Ia mengancam AS bahwa Israel akan menggunakan senjata nuklirnya, kecuali AS turun tangan membantu. Hasilnya, massive airlift dan supply senjata terang-terangan dari AS (biggest airlift operation since WW2), bahkan senjata terbaru yang belum pernah digunakan militer AS, diberikan kepada Israel dalam operasi dengan nickname “Operation Nickel Grass” (see Wiki).

      Operasi inilah yang membuat militer Israel mampu menekan balik serbuan tentara Mesir, setelah sebelumnya hampir kalah total karena Israel tinggal memiliki amunisi untuk perang selama 2 minggu saja. Trauma hampir kalahnya militer Israel dalam perang 1973 mendorong politisi Israel melepaskan Sinai demi perjanjian damai dengan Mesir (Perjanjian Camp David 1979), sekalipun hal itu berarti langkah mundur dan bertentangan dengan doktrin Israel Raya (Eretz Israel) yang mencita-citakan Israel terbentang “dari sungai Nil hingga sungai Eufrat”.

      Another interesting story: Pada saat operasi Nickel Grass dilakukan, pesawat-pesawat cargo militer AS melakukan pembongkaran muatannya di bandara-bandara di Israel. Maskapai penerbangan Israel, El Al, memberikan layanan berupa tempat istirahat dan makanan serta minuman kepada para pilot dan personil AS. Tidak hanya itu, para pramugari cantik El Al bahkan mengunjungi setiap pesawat cargo AS dan mengantarkan makanan dan minuman ringan pada para kru yang melakukan bongkar muatan di pesawat. Setiap personil AS yang terlibat dalam operasi ini mendapatkan sebuah medali kenang-kenangan.

      Guess what… setelah perang berakhir dan operasi Nickel Grass dinyatakan selesai, El Al menagih AS akan semua biaya keramahtamahan yang dikeluarkannya selama operasi itu 😉
      Sumber: http://www.military-quotes.com/forum/operation-nickel-grass-t16410.html

  2. mantap mas…
    saya jadi tahu banyak. lagi belajar juga (informal) sejarah timur tengah dan perang2nya
    terima kasih =)

    ngomong2, kalau tentara Mesir begini cerdas, kenapa ya gabungan pasukan arab dengan mudah dikalahkan dalam 6 hari oleh israel?

    -agungmahesa-

    • Good question (means it is a difficult one). Saya sendiri belum terlalu banyak baca tentang perang 1967, tetapi yang saya tahu ada beberapa perbedaan antara perang 1967 dan 1973:

      a. Perang 1973 adalah inisiatif Mesir, sedangkan perang tahun 1967 adalah inisiatif Israel. Berbeda dengan persepsi selama ini (yang sengaja ditiupkan oleh Israel), perang 1967 bukan disebabkan Mesir menyerang Israel, tetapi Israel menyerang Mesir.

      Para military planner Israel merencanakan perang tahun 1967 sejak 16 tahun sebelumnya, dan rencana operasi itu terus menerus diupdate hingga saat eksekusi. Pergerakan militer Mesir ke arah Israel (sebelum meletusnya perang), sebenarnya sudah ditebak dan tidak mengindikasikan Mesir akan menyerang Israel. Tetapi kabar pergerakan militer Mesir itu dimanfaatkan karena memberikan cover yang sempurna agar aksi mliter Israel dipandang sebagai self-defense.

      Penuturan Jenderal Mordechai Hod, Komandan Israeli Air Force selama perang Enam Hari 1967 : `Sixteen years of planning had gone into those initial eighty minutes. We lived with the plan, we slept on the plan, we ate the plan. Constantly we perfected it.”

      The New York Times quoted Prime Minister Menachem Begin’s (1977 – 83) August, 1982 speech saying: “In June, 1967, we had a choice. The Egyptian Army concentrations in the Sinai approaches do not prove that (President Gamal Abdel) Nasser (1956 – 70) was really about to attack us. We must be honest with ourselves. We decided to attack him.”

      Two time Prime Minister Yitzhak Rabin (1974 – 77 and 1992 – 95) told French newspaper Le Monde in February, 1968: “I do not believe Nasser wanted war. The two divisions which he sent into Sinai on May 14 would not have been enough to unleash an offense against Israel. He knew it and we knew it.”

      Sumber : Stephen Landman, Fourty Years of Occupation, ZMagazine.http://www.zmag.org/znet/viewArticle/15348

      b. Penetrasi intelijen israel dalam Angkatan Bersenjata Mesir.
      Terdapat kabar bahwa seorang intel Israel menjadi orang kepercayaan Menteri Pertahanan Mesir. Intel Israel inilah yang membocorkan lokasi penggelaran jet-jet tempur Mesir, sehingga serangan angkatan udara Israel di babak awal perang 1967 menghancurkan hampir semua jet tempur Mesir di darat (tanpa sempat mengudara) dalam tempo 90 menit saja.

      Ada rumor bahwa pada saat itu hanya ada 2 pesawat tempur Mesir yang berhasil mengudara : 1 pesawat segera ditembak jatuh oleh pesawat Israel dan 1 pesawat lainnya berisi intel Israel yang melarikan diri.

  3. bagus pak, terima kasih banyak ilmunya..minta ijin saya link diFB ya

  4. saya sudah baca cerita anwar sadat menembus garis bar lev dari edisi khusus majalah hai. mungkin kelas 1-2 sd. nggak lama ada berita beliau dibunuh. saya inget liat beritanya di media massa, si pembunuh menembak anwar sadat waktu deville angkatan perang.

  5. Nice and brilliant analysis especially for your response to those comment.

  6. 1 lagi mas….
    apa seh motif mesir untuk berdamai dengan israel?
    padahal negara2 arab banyak yang kontra dengan kebijakan sepihak tersebut

  7. 1 lagi mas….
    apa seh motif mesir untuk berdamai dengan israel?
    padahal negara2 arab banyak yang kontra dengan kebijakan sepihak tersebut
    lalu persepsi/teori apa yang dipakai mesir?

  8. […] berikutnya, rudal-rudal dalam gerobak tersebut berhasil menghancurkan lebih dari 200 tank Israel.[vi] Setelah kurang lebih tiga jam dihantam oleh air bertekanan tinggi, bukit-bukit pasir di garis […]

  9. wah..baru tau nih saya..boleh sy copas ga pak..tks

  10. Wow, amazing blog layout! How long have you been blogging for?
    you make blogging look easy. The overall look of your web site is wonderful, as
    well as the content!

  11. I just now planned to proclaim I absolutely understand your personal ability as a copywriter.
    It’s essential to check out an individual who incorporates a comprehension of sentence structure as well as punctuation on-line. I will tell other individuals about Teknologi Sederhana Dalam Perang : Studi Kasus Babak Awal Perang Mesir-Israel 1973 | military, intelligence, security & foreign policy. Cheers!


Leave a comment